Pola Pendidikan Yang Tepat Untuk Anak

Pola pendidikan yang tepat untuk anak selalu jadi bahan perdebatan sengit dikalangan ahli. Pola yang diterapkan saat mendidik anak dipandang sangat penting mengingat anak adalah aset masa depan. Sebagai harapan tiap bangsa, anak tak boleh lemah, namun yang terkadang aneh adalah pola pendidikan yang diterima oleh anak. Cukup memprihatinkan kalau kita mau menganalisa pola pendidikan yang umumnya diberlakukan di tingkatan dasar. Bagaimana tidak, banyak anak yang telah dididik selama 6 tahun di sekolah dasar tidak bisa mengucapkan terima kasih ketika ia diberi sesuatu oleh orang lain. Saat mereka bertemu dengan orang lain juga seperti patung berjalan, padahal orang yang mereka temui adalah tetangganya sendiri. Lebih parahnya lagi banyak anak SMP dan SMA juga punya kebiasaan seperti itu. Mungkin diantara pembaca berpikir ah cuma ucapan terima kasih kok dipersoalkan, apa gak ada hal lain seperti rendahnya mutu pendidikan nasional? Ucapan terima kasih pak, bu, mas, mbak, bukanlah perkara kecil, karena itu terkait dengan karakter manusia. Orang orang yang tak pandai berterima kasih dapat dipastikan akan sangat sulit menghargai jasa orang lain, ia cenderung egois dan kurang peduli pada nasib orang lain. Kehidupan suatu bangsa akan sangat sulit berkembang kalau diantara satu orang dengan lainnya sudah tak ditemukan sisi kepedulian. Bagaimana jadinya jika mereka dikemudian hari memegang tampuk kepemimpinan di negeri ini, bukankah pemimpin yang egois adalah bumerang bagi masa depan bangsa ? Menumbuhkan dan merubah anak agar lebih peduli tak akan pernah bisa lewat standar nilai akademik, tetapi hal itu memerlukan keteladanan dari guru guru yang mendidik mereka. Guru yang dimaksud disini adalah orang tua dan juga para pendidik di sekolah. Sungguh kita semua memerlukan pola pendidikan anak yang berbasis pada kepedulian, kita tak memerlukan generasi egois, kita tidak menghendaki lahirnya pemimpin bangsa yang serakah dan hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Bangsa Indonesia pasti akan maju bila pola pendidikan pada anak diterapkan lewat teladan kepedulian, tidak sekedar mendewa dewakan nilai raport, nilai UN dan gelar akademik semata. Bangsa manapun di dunia ini akan jadi pemimpin terdepan kalau mereka mampu mewariskan semangat kepedulian kepada generasi penerus. Lihatlah bagaimana Jepang begitu hebat, produk mereka menyebar bagaikan virus atau tengoklah cinta yang kini juga terus melebarkan sayap kekuatannya ke seluruh penjuru dunia .