Ada sebuah pertanyaan menarik mengenai rumah indonesia,kira-kira dari semua pola Arsitektur yang ada dan berkembang di Indonesia, gaya arsitektur bangunan seperti apakah yang paling cocok diterapkan pada kondisi iklim di negeri ini? Penulis melihat sebagian besar pemukiman didominasi dengan gaya minimalis yang katanya modern dan mengikuti perkembangan zaman.Menurut pandangan saya sebagai blogger, rumah yang paling cocok dengan iklim kita adalah rumah dengan gaya tropis. Sebaliknya rumah dengan gaya lainn itu hanyalah tren semata. Mulai dari minimalis, mediterania atau kolonial, atau nanti kelak akan menjangkit pula gaya deconstructionFrank O. Gehry yang yahudi menjadi tokoh dari gaya deconstruction itu. Ia rela bercerai dengan isterinya. Sebagian sumber mengatakan karena rancangan rumah tinggalnya pun menjadi kelinci percobaan. Jendela dapurnya miring. Temboknya juga miring. Pokoknya gaya ini sangat menentang dari gaya aritektur yang umum. Namun cukup di terima di dunia barat sana.
Prinsip dasar dari sebuah rumah minmal harus mampu beradaptasi dengan iklim. Walau hal ini juga bukan sesuatu yang paling penting. Jadi kalau ada rumah bagus tapi sering bocor dan gonta-ganti cat karena lapuk, itu bukan rumah bagus namanyaNamun dalam pandangan seorang arsitek,biasanya tidak membatasi keinginan dari klien. Yang dibangun juga ada rumah minimalis atau rumah mediterania yang berbau impor. Karena prinsip saya adalah menjelaskan segenap konsekwensinya. Semua dampak poritif dan negatif dalan disain selalu saya tampilkan. Agar penilaiannya obyektif.Prinsip saya pula, yang punya uang adalah yang punya rumah. Dia berhak penuh untuk mewujudkan impiannya. Dengan prinsip ini saya merasa lebih tawadhu.
Langkah terbijak untuk menanggapi masalah rumah memang bukan dengan cara berdebat, tetapi mellalui pola yang lebih keaarah desain sebagaimana diinginkan oleh pelanggan. Rumah Indonesia, apapun gaya dan siapapun arsitekturnya pasti punya cirri khusus yang layak dipertimbangkan.Bagus tidaknya dan pas atau kurang pas, itu hanya masalah yang bersifat subyektif, tak ada satu kepastian selama semua masih dalam tahap uji coba. Dengan pola yang benar inilah, tiap otrang punya kebebasan untuk menentukan seperti apa arsitektur rumah yang akan dibangun dan siapa yang akan dipercaya untuk mewujudkan keinginan tersebut. Dal;am tahap selanjutnya semua telah memasuki tahap selera sebagai Rumah Indonesia